Mizuya (Paviliun Air Pensucian) di Depan Aula Utama
Warisan Budaya Berwujud yang Terdaftar
Periode Showa (1944)
Gerbang Kayu Empat Tiang (Yotsuashimon) Atap genteng
-
Menonton Video
-
Panduan audio
Mizuya (Paviliun Air Pensucian) di Depan Aula Utama
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
- Peta
Mizuya (paviliun air pensucian) ini dibangun di depan selatan aula utama, dengan gaya irimoya-zukuri (atap runcing dan berpingul), atap genteng hongawara-buki, dan didukung oleh futanoki-shigetaruki (deretan ganda kasau yang dipasang rapat) menciptakan atap yang dalam.
Langit-langitnya berpanel kotak, memberikan kesan berwibawa.
Di bagian tengahnya, terdapat tempat air (suiban) memanjang yang menerima air dari cerat berbentuk kepala naga.
Di bagian dasarnya terdapat tempat air ini didukung oleh jaki (iblis) yang menawan.
Di empat sudut terdapat pilar sudut dengan penyangga diagonal di arah timur-barat, dan menggunakan mitsudo (struktur berbentuk tiga) untuk menopang baloknya.
Meskipun ukurannya sederhana, sumur pemurnian ini berdiri sebagai struktur mulia yang sesuai dengan keberadaannya di depan aula utama.
Daftar Properti Budaya
-
01
Gerbang samping Shuso Daishi Den (Aula Pendiri Sekte)
- Lihat Detail
Panduan audio
Gerbang samping Shuso Daishi Den (Aula Pendiri Sekte)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
02
Shusodaishiden (Aula Pendiri Sekte)
- Lihat Detail
Panduan audio
Shusodaishiden (Aula Pendiri Sekte)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
03
Gerbang Karamon di Shuso Daishi Den (Aula Pendiri Sekte)
- Lihat Detail
Panduan audio
Gerbang Karamon di Shuso Daishi Den (Aula Pendiri Sekte)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
04
Mizuya (Paviliun Air Pensucian) Shuso Daishi Den (Aula Pendiri Sekte)
- Lihat Detail
Panduan audio
Mizuya (Paviliun Air Pensucian) Shuso Daishi Den (Aula Pendiri Sekte)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
05
Mizuya (Paviliun Air Pensucian) di Depan Aula Utama
- Lihat Detail
Panduan audio
Mizuya (Paviliun Air Pensucian) di Depan Aula Utama
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
06
Nokotsudo (Rumah Abu)
- Lihat Detail
Panduan audio
Nokotsudo (Rumah Abu)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
07
Shokyozo
- Lihat Detail
Panduan audio
Shokyozo
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
08
Aula Utama
- Lihat Detail
Panduan audio
Aula Utama
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
09
Patung Duduk Amida Nyorai (Amitabha)
- Lihat Detail
Panduan audio
Patung Duduk Amida Nyorai (Amitabha)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
10
Aula Tamu
- Lihat Detail
Panduan audio
Aula Tamu
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
11
Patung Duduk Yakushi Nyorai (Bhaisajyaguru)
- Lihat Detail
Panduan audio
Patung Duduk Yakushi Nyorai (Bhaisajyaguru)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
12
Gerbang Samping Aula Tamu
- Lihat Detail
Panduan audio
Gerbang Samping Aula Tamu
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
13
Paviliun Kanrantei
- Lihat Detail
Panduan audio
Paviliun Kanrantei
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
14
Shoin
- Lihat Detail
Panduan audio
Shoin
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
15
Kanchogura
- Lihat Detail
Panduan audio
Kanchogura
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
16
Mausoleum
- Lihat Detail
Panduan audio
Mausoleum
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
17
Lentera Batu
- Lihat Detail
Panduan audio
Lentera Batu
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
18
Lonceng Kuil
- Lihat Detail
Panduan audio
Lonceng Kuil
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
-
19
Patung Berdiri Sho Kannon (Aryavalokitesvara yang Suci)
- Lihat Detail
Panduan audio
Patung Berdiri Sho Kannon (Aryavalokitesvara yang Suci)
Panduan Audio Sedang Diputar
*Mohon menikmati panduan audio dengan earphone Anda sendiri dan perhatikan agar tidak mengganggu orang lain.
Konten VR
kepala naga
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
makam istri Mitsuhide Hiroko dan anggota keluarganya
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
penganut setia
Seseorang yang secara ekonomi mendukung kuil tertentu melalui kepercayaan mereka pada ajaran sekte, mendirikan situs pemakaman keluarga di sana dan mempercayakan lembaga tersebut untuk menyediakan layanan keagamaan demi ketenangan jiwa orang yang meninggal.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
serangan ke Gunung Hiei
Pada tahun 1571, pasukan Oda Nobunaga melancarkan serangan ke Kuil Enryaku-ji di Gunung Hiei. Pasukan Nobunaga dikatakan telah membakar bangunan kuil dan dilaporkan telah membantai orang-orang yang berada di dalam gunung tersebut.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Oda Nobunaga
Nobunaga (1534–1582) merupakan seorang panglima terkenal dari Periode Sengoku (Negara-negara Berperang) abad 15-16. Awalnya berbasis di Mino (sekarang Prefektur Gifu), Nobunaga berbaris menuju ke ibukota Kyoto dengan mengangkat Ashikaga Yoshiaki dari keshogunan Muromachi supaya dijadikan shogun pada bulan September 1568 dan berkemah di Kuil Miidera pada 24 September tepat sebelum mencapai Kyoto, menggunakan Kojo-in sebagai akomodasi bagi shogun masa depan. Nobunaga sendiri menginap di Gokuraku-in. Kemudian Nobunaga menguasai sebagian besar Jepang dan membangun Kastil Azuchi di Omi (sekarang prefektur Shiga ). Ambisinya untuk menaklukkan seluruh Jepang akhirnya gagal, di Kuil Honnoji pada tahun 1582, ketika ia menjadi korban kudeta oleh jenderalnya Akechi Mitsuhide.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
zaman Sengoku
Zaman yang ditandai oleh peperangan yang sering terjadi dari akhir abad ke-15 hingga akhir abad ke-16.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
sistem ventilasi
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kasau
Komponen yang mendukung dasar atap dan bahan atap.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kesho-taruki (kasau hias)
Kasau diproses dengan teliti dan selesai secara dekoratif, dengan fokus pada peningkatan tampilan eksterior.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
nageshi (palang horizontal yang tidak tembus)
Nageshi adalah balok kayu pipih yang menghubungkan pilar secara horizontal. Nageshi dipasang melintang di antara pilar-pilar di sepanjang dinding sehingga dapat ditutupi bagian atas kamoi (balok untuk mendukung pintu geser) .
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
alat kelengkapan logam dekoratif
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
ita-ranma (panel kayu dekoratif jendela di atas pintu)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
horimono-ranma (ukiran jendela di atas pintu)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kumimono
Terutama, terletak di atas pilar. Struktur terdiri dari blok bantalan dan lengan kayu yang saling bertautan untuk menyangga gording memanjang terluar yang menyangga kasau di bagian lis atap. Juga disebut tokyō (bahasa Tionghoa “dougong”) atau masugumi.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
dinding tanah tsuiji-hei
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
gerbang yotsuashimon
Dengan sepasang pilar utama di tengah, empat tiang penyokong dipasang di depan dan belakang pintu gerbang. Disebut Gerbang yotsuashimon/shikyakumon, sebab yotsuashi/shikyaku berarti empat kaki (tiang) dan gerbang memiliki empat tiang penyokong. Jenis gerbang ini biasa digunakan sebagai gerbang depan kuil. Biasanya pilar utama silindris dan tiang penyokong batangan persegi yang sedikit lebih tipis digunakan dengan atap pelana. Pintu gerbang dengan empat tiang penyokong di setiap sisinya, total delapan tiang, disebut gerbang yatsuashimon/hakkyakumon (gerbang delapan kaki/tiang).
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
patung Shinsei Shonin sebagai seorang anak
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Dengyo Daishi
Dengyo Daishi (gelar kehormatan) adalah pendiri sekte Tendai di Jepang, yang nama biksunya Saicho, hidup dari tahun 767 hingga 822. Ia mendirikan Kuil Enryaku-ji di Gunung Hiei.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Tendai Daishi
Tendai Daishi (gelar kehormatan) adalah pendiri sekte Tiantai (diucapkan Tendai dalam bahasa Jepang) di Tiongkok, yang nama biksunya Zhiyi (diucapkan Chigi dalam bahasa Jepang). Ia juga dikenal sebagai Chisha Daishi, hidup dari tahun 538 hingga 597.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
osa-ranma (jendela di atas pintu dengan batang-batang tipis secara vertikal yang rapat)
Sejenis ranma dengan batang vertikal yang rapat dan batang horizontal yang jarang. Sering terlihat dalam kasus ruangan bergaya shoin-zukuri saling berdekatan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kogumi-gotenjo
Kogumi-gotenjo adalah salah satu gaya langit- langit. Langit-langit dibuat kotak-kotak berpanel yang menggabungkan bagian kisi-kisi di dalam kotak-kotak.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
langkan yang memiliki tiang ujung berhiaskan menyerupai bawang
Langkan (railing) yang dipasang di tepi beranda atau tangga dilengkapi dengan tiang dekoratif di setiap sudut.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kasau yang jarang
Kasau yang dipasang dengan jarak lebar
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
gejin (tempat suci luar)
Di dalam kompleks kuil atau candi, gejin adalah area di luar tempat suci bagian dalam di mana dewa suci atau objek utama pemujaan diabadikan di Kuil Utama atau Aula Utama, dan di mana masyarakat umum beribadah.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
komaiuchi (kayu anyaman)
Bahan yang panjang dan tipis yang diletakkan secara horizontal di atas kasau untuk mendukung papan loteng dan elemen atap lainnya.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hitonoki-mabarataruki (kasau tunggal yang jarang)
Kasau khusus hanya menggunakan kasau dasar dengan jarak yang luas dan diberi interval.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
balok
Sisi panjang bangunan. Mengacu pada arah di mana balok utama dan balok bubung berjalan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
mitsudo (struktur berbentuk tiga)
Mitsudo adalah salah satu bentuk tokyou (sejenis komposisi braket kayu) yang terdapat pada arsitektur kuil kayu, terutama di atas tiang, untuk menopang atap yang dalam. Komposisi braket mitsudo terdiri dari houto (braket persegi yang lebih besar) dan makito (braket samping yang lebih kecil) pada sisi kanan dan kiri.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
jaki (iblis)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
tempat air (suiban)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
mizuya (paviliun air pensucian)
Secara umum, mizuya sering merujuk pada dapur kecil yang digunakan untuk persiapan upacara minum teh, tetapi juga bisa menunjukkan struktur untuk tempat air di kuil atau tempat suci.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
futanoki-shigetaruki
Futanoki-shigetaruki adalah baris ganda kasau dengan jarak yang berdekatan atau yang dipasang rapat.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
teks suci
Ajaran yang diuraikan oleh Buddha Shakyamuni. Ini juga merujuk pada kitab suci dalam agama Buddha.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kanopi
Struktur atap kirizuma-zukuri dengan pintu masuk di sisi gelagar, yang dilengkapi dengan atap peneduh yang juga berfungsi sebagai pelindungan terhadap hujan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hirairi
Struktur dengan pintu masuk di sisi gelagar (sisi yang sejajar dengan balok bubung) di bangunan bergaya kirizuma-dukuri.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
sepiring kaligrafi yang ditulis oleh Shinra
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
gaya sukiya-fu
Berdasarkan gaya arsitektur shoin-zukuri, gaya sukiya-fu menampilkan desain yang elegan dan halus, serta sederhana dan canggih.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
menkawa-nageshi
Mikawa-nageshi adalah jenis balok bundar horizontal di mana kulit kayu di empat sudut batang kayu dibiarkan tidak terkelupas untuk memberikan suasana alami. Ini digunakan dalam ruang teh bergaya sukiya-fu dan sejenisnya.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
atap mukuri-yane
Mukuri-yane adalah salah satu jenis atap yang melengkung ke atas secara lembut. Digunakan di perumahan perkotaan pada zaman modern awal. Mulai diproduksi saat ruang loteng digunakan sebagai tempat tinggal.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Chisen Kaiyushiki Teien
Suatu gaya taman Jepang yang berkembang pada zaman Edo yang memiliki jalur taman yang mengitari kolam serta lanskap-lanskap di sekitarnya.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
zaman Edo
Nama zaman yang berlangsung kurang lebih 260 tahun sejak Tokugawa Ieyasu mendirikan Keshogunan pada tahun 1603 setelah memenangkan Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 hingga pengembalian kekuasaan ke kekaisaran dari keshogunan oleh Tokugawa Yoshinobu (Restorasi Meiji) pada tahun 1867. Disebut juga dengan zaman Tokugawa.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
tsuke-shoin
Tempat kecil yang menempel di sisi ceruk tokonoma dan terbuat dari papan kayu. Menjorok ke arah teras, dan memiliki jendela geser layar kertas di depan dan meja yang terpasang. Juga disebut shoin-doko, idashifu-zukue, shoin-gamae, shoin-dana, akari-doko, dan akari-join.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
ura-shoin (shoin belakang)
Shoin yang terletak di bagian belakang bangunan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
omote-shoin (shoin depan)
Shoin yang terletak di bagian depan bangunan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
sangawara
Jenis atap dengan hanya satu jenis genteng, yang penampangnya bergelombang, digunakan. Metode ini ditemukan pada zaman Edo (1603-1868). Genteng ini dulu disebut genteng “sederhana”, karena lebih ekonomis, dibandingkan genteng yang digunakan untuk genteng sempurna. Saat ini, ruko tradisional machiya dan perumahan penghunian tradisional memiliki jenis atap ini.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Fudan Nenbutsu
Melafalkan nama Amida Buddha secara terus-menerus.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
zaman Momoyama
Salah satu klasifikasi zaman. Zaman ketika Toyotomi Hideyoshi berkuasa pada paruh kedua abad 16 sekitar selama 20 tahun. Untuk sejarah seni, antara zaman Azuchi-Momoyama dan zaman awal Edo, penting sebagai zaman transisi antara abad pertengahan dan awal zaman modern Jepang. Secara khusus, pembangunan benteng, istana, kuil Buddha dan Shinto yang megah, serta lukisan dekoratif pada pintu geser kertas dan layar yang menghias dalamnya telah dikembangkan. Selain itu, perkembangan seni genre yang menunjukkan kehidupan rakyat sehari-hari dan keterampilan kerajinan seperti tembikar, seni pernis, pencelupan dan pertenunan sangatlah luar biasa.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
potongan-potongan kayu dengan desain bentuk X (tasukisan)
Bilah yang disusun dalam bentuk X, digunakan di bagian atas tategu (pintu atau jendela) dan ranma.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kishi-kishi secara vertical (renjikoushi)
Batang vertikal tipis dengan penampang persegi yang disusun dalam bentuk kisi-kisi dengan ujungnya menghadap ke arah bukaan. Desain ini biasanya digunakan pada jendela dan pintu arsitektur kuil atau tempat suci.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
penutup ujung balok dekoratif (unokedooshi)
Unokedooshi adalah salah satu gegyo (penutup ujung dekoratif) di karahafu. Bentuknya memanjang agar selaras dengan lekukan lembut karahafu.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
karahafu
Gaya ujung atap yang unik dengan bentuk bagian tengah tinggi dan menurun secara melengkung ke kedua belah sisi.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
atap dilapisi kulit pohon hinoki
Atap dilapisi dengan kulit pohon hinoki menggunakan teknik paku dari paku bambu
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
braket dekoratif berbentuk perahu (funahijiki)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
balok bubung (balok nok, munaki)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
penumpulan sudut (mentori)
Menghaluskan sudut-sudut komponen struktural.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hirakaramon
Gerbang karamon memiliki seluruh atap dengan gaya karahafu. Gerbang heiarakaramon memiliki karahafu di kedua sisi gerbang.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
pagoda lima tingkat (gorinto)
Salah satu jenis pagoda atau stupa. Terbuat dari lima tingkatan batu, yang melambangkan bumi, air, api, angin dan kekosongan dari bawah ke atas. Tingkat bumi berbentuk kubus, tingkat air berbentuk vas atau bola, tingkat api memiliki tutup berbentuk piramida, tingkat angin berbentuk mangkuk (setengah bola), dan tingkat kekosongan berbentuk permata yang ditumpuk di atas.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hanazama
Merupakan gaya Zen dan secara umum digunakan untuk pintu kayu berpanel sankarato dan transom ramma untuk bangunan penerimaan tamu. Juga disebut hanaramma (hana berarti bunga dalam bahasa Jepang), karena pola bunga dipasang pada kumiko (perakitan kayu tipis yang halus) pada kisi-kisi. Hasil perakitan kumiko jenis ini disebut hanakumiko atau hanako.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
balok lengkung (koryo)
Balok yang melengkung ke atas. Namanya diambil dari pelangi yang muncul setelah hujan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
penyangga dekoratif berbentuk botol (oigata-taiheizuka)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
langit-langit berbentuk kisi-kisi
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hougyo-zukuri
Salah satu jenis gaya atap. Atap ini memiliki ciri khas bangunan persegi dengan sudut-sudutnya yang menyatu di bagian tengah atap, yang juga dikenal dengan nama houkei-zukuri.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
mudra
Dalam agama Buddha, berbagai gerakan tangan dibentuk dengan jari-jari tangan, yang secara simbolis mewakili konsep religius.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
jubah biksu (noe)
Sejenis kasaya yang dibuat dengan menjahit kain bekas yang dibuang oleh orang lain. Pada zaman dahulu, mengenakan ini dianggap sebagai salah satu dari dua belas praktik pertapaan. Seiring berjalannya waktu, di Cina, jubah ini menjadi lebih banyak hiasan, dan di Jepang, istilah ini digunakan untuk menyebut shichijo (tujuh potong) kasaya yang terbuat dari bahan mewah seperti kepar, brokat, dan brokat emas.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
plakat (hengaku)
Papan atau plakat yang dipasang di tempat tinggi, baik di dalam maupun di luar gedung, di gerbang, atau di gerbang torii.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
perintah kekaisaran
Dokumen yang dibuat oleh pengurus arsip kekaisaran (Kurodo) sesuai dengan keinginan Kaisar.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Kaisar Go-Yozei
Memerintah dari tahun 1586 hingga tahun 1611, Kaisar Go-Yozei adalah Kaisar ke-107 yang hidup dari tahun 1571 hingga tahun 1617.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Kuil Hosshoji
Kuil yang didirikan sebagai kuil kerajaan Kaisar Shirakawa ini terletak di daerah Okazaki, Distrik Sakyo, Kyoto. Pada tahun 1077, upacara peresmian untuk penyelesaian aula utama dan struktur lainnya diadakan, dan bangunan seperti Aula Kodo (auditorium), Aula Godaido, dan pagoda sembilan lantai segi delapan didirikan. Namun, pada tahun 1185, gempa bumi menyebabkan runtuhnya struktur, dan pada tahun 1342, kebakaran menghancurkan sebagian besar kuil. Kuil ini akhirnya ditinggalkan setelah Perang Onin.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Hari Setsubun
Setsubun adalah sehari sebelum titik awal setiap musim di kalendar Jepang. Kata Setsubun memiliki arti “membagi musim” juga. Sejak zaman Edo, hari Setsubun sering mengacu khususnya pada sehari sebelum Risshun (Awal Musim Semi) sekitar tanggal 3 Februari.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kuil miniatur di ruang butsuma
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
selempang besar
Sepotong kain panjang dan sempit yang dililitkan di tubuh dari bahu kiri ke sisi kanan, yang dikenakan oleh para bodhisattva dan raja kebijaksanaan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
lipatan dan draperi
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
selendang surgawi
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
bola mata yang datar
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
bagian jihatsu
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
mahkota
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
ukiran dari satu blok kayu (ichiboku-zukuri)
Teknik ukiran kayu di mana kepala dan bagian tubuh utama patung diukir dari sepotong kayu.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
lonceng kuil
Disebut bonsho, lonceng gantung besar yang digunakan di kuil, tidak seperti lonceng instrumental tiongkok. Sebagian besar digantung di menara lonceng dan dibunyikan dengan palu lonceng kayu.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Kastil Sakamoto
Sebuah kastil Jepang yang dulu terletak di Sakamoto, Distrik Shiga, Provinsi Ōmi (sekarang Shimosakamoto, Kota Ōtsu, Prefektur Shiga). Kastil ini dibangun sebagai tempat tinggal Akechi Mitsuhide dan merupakan kastil datar yang menghadap Danau Biwa.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Akechi Mitsuhide
Panglima perang dan penguasa feudal (daimyo) dari zaman Sengoku hingga zaman Azuchi-Momoyama.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
menara lonceng
Sebuah bangunan di dalam lingkungan kuil di mana lonceng kuil tergantung.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
zaman Kamakura
Nama zaman yang berlangsung selama kurang lebih 150 tahun sejak Minamoto no Yoritomo mendirikan Keshogunan di Kamakura hingga kematian Hojo Takatoki pada tahun 1333.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
finial dekoratif
Di Jepang, sering kali digambarkan sebagai bola yang meruncing di ujungnya, dikenal sebagai permata yang memiliki kekuatan untuk menyingkirkan bencana dan mengabulkan permintaan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
penyangga berbentuk teratai
Hiasan berbentuk bunga teratai di bawah sembilan lingkaran kurin pada finial dekoratif.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
tutup (kasa)
Bagian atap dari menara batu atau lentera batu.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kompartemen cahaya
Bagian tempat sumber cahaya ditempatkan dan dinyalakan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
platform tengah
Bagian dari lentera batu. Sebuah platform di atas tiang yang menyangga kompartemen cahaya. Bagian bawahnya menampilkan ukiran kelopak teratai, dan ujung atasnya berjenjang. Kadang-kadang motif kozama diukir pada kelopak teratai.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
tiang (sao)
Batu berbentuk tiang yang berdiri di atas fondasi lentera batu untuk menopang batu lentara bagian atas termasuk kompartemen cahaya, penutup, dan finial dekoratif (berbentuk bola perhiasan).
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
granit
Batu kristalin. Dikenal karena kekerasan, keindahan, dan ketahanannya, bahan ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hiten kohai
"Hiten kohai adalah representasi cahaya Amida Nyorai yang menampilkan lingkaran cahaya besar berbentuk perahu yang dihiasi dengan makhluk-makhluk surgawi. Gaya ini menjadi populer setelah dirancang oleh pemahat terkenal Jocho selama zaman Heian. "
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
gaya Jocho
Gaya Wayo (Jepang) dalam pahatan patung Buddha yang dimulai oleh pemahat patung Buddha zaman Heian, yaitu Jocho. Gaya ini dikembangkan dengan memadukan berbagai teknik memahat Buddha, termasuk patung Buddha esoterik, patung Buddha kayu, patung Buddha dengan teknik mokushin-kanshitu (penerapan lacquer kering pada inti kayu yang diukir) dan patung danzo (patung yang terbuat dari kayu wangi), yang menghasilkan gaya yang unik.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
zaman Heian
Zaman Heian berlangsung selama sekitar 400 tahun sejak pemindahan ibu kota oleh Kaisar Kanmu pada tahun 794 hingga pendirian Keshogunan Kamakura pada tahun 1185, yakni selama pemerintahan pusat berada di Heian-kyo (Kyoto saat ini). Secara umum, zaman ini dibagi menjadi tiga bagian: zaman Heian Awal, Tengah dan Akhir. Dengan kata lain, zaman kebangkitan kembali sistem politik berdasarkan kode Ritsuryo, zaman wali kaisar, dan zaman Insei (diperintah oleh seorang mantan kaisar). (Akhir zaman Heian diperintah oleh klan Taira.) Juga disebut zaman istana Heian.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
rona keemasan (konjikiso)
Konjikiso adalah kondisi di mana seluruh tubuh, tangan, dan kaki bersinar dengan warna emas.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
tonjolan ushnisha
Tonjolan di bagian atas kepala yang melambangkan kebijaksanaan yang mendalam.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
posisi teratai
Posisi teratai adalah cara duduk dalam agama Buddha untuk latihan pertapaan. Duduk dengan menempatkan telapak kaki kiri dan kanan di atas paha yang berlawanan, sehingga telapak kaki menghadap ke atas.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
mudra meditasi Amida
Mudra meditasi Amida yaitu kedua tangan disilangkan dan ibu jari serta jari lainnya membentuk dua lingkaran. Mudra khas Amida Nyorai ini melambangkan keadaan meditasi.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
jorokuzo
Jorokuzo adalah ukuran standar untuk ketinggian patung Buddha. Joroku adalah singkatan dari satu “jo” dan “roku” (enam) shaku. Patung yang berdiri memiliki tinggi 1 jo 6 shaku (sekitar 4,8 meter), sedangkan patung yang duduk memiliki tinggi 8 shaku (sekitar 2,4 meter).
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
mata yang diukir (chogan)
Chogan adalah suatu teknik pengukiran mata yang terlihat pada patung kayu
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
pernis dan daun emas (shippaku)
Shippaku adalah salah satu teknik pelapisan menggunakan pernis, dengan cara menekan lembaran emas atau perak satu per satu pada patung kayu, pilar, dinding, serta permukaan logam, seperti perlengkapan dekoratif.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
yosegi-zukuri
Yosegi-zukuri adalah teknik ukiran kayu yang menggabungkan beberapa potongan kayu untuk membentuk kepala atau batang tubuh patung. Keunggulan teknik ini termasuk mengurangi berat dengan mengosongkan bagian dalam, serta memungkinkan pembuatan patung besar dengan jumlah kayu yang lebih sedikit. Teknik ini unik di Jepang, dan disempurnakan dari pertengahan hingga akhir zaman Heian (794-1185).
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Kuil Jofukuji
Sebuah kuil yang pernah ada di Kota Minakuchi, Kecamatan Koka, Prefektur Shiga, yang sekarang sudah tidak berfungsi.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
shoin-zukuri
Gaya Shinden-zukuri diciptakan dalam masyarakat bangsawan pada periode Heian berkembang sesuai dengan transisi masyarakat. Sejak periode Kamakura dan seterusnya, gaya arsitektur disesuaikan dengan kehidupan prajurit samurai yang mengambil kekuasaan yang sebenarnya, dan terutama dimodifikasi untuk keperluan kedatangan tamu dan upacara. Juga dipengaruhi oleh gaya arsitektur Buddhisme Zen dari Tiongkok, dan gaya uniknya secara bertahap diadopsi untuk rumah hunian keluarga ksatria sebagai shoin-zukuri.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
lukisan pada partisi (shohekiga)
Lukisan yang digambarkan pada elemen arsitektur hunian seperti panel geser fusuma dan layar tsuitate.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
aliran Kano
Aliran Kano adalah sebuah keluarga dan silsilah pelukis, dengan Kano Masanobu sebagai pendirinya. Berkembang sebagai pelukis resmi untuk kelas keluarga samurai dari akhir zaman Muromachi hingga zaman Edo.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
chigaidana (rak bertingkat berbeda)
Chigaidana (rak bertingkat berbeda) adalah salah satu jenis hiasan ruangan dalam shoin-zukuri yang dipasang di samping tokonoma dan tsuke-shoin. Ini adalah rak dengan dua papan yang digantung secara berselang-seling di atas dan bawah.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Kenjin-No-Ma
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
atap sirap kayu
Salah satu jenis penutup atap. Sirap kayu dipaku ke atap dengan paku bambu dan sirap kayu yang lebih tebal digunakan pada bagian nokizuke (bagian tepi atap yang ditutupi dengan lapisan sirap yang tebal). Bahan yang digunakan termasuk papan tipis dari kayu cedar, hinoki (cemara jepang), dan cemara sawara.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
atap pelana kirizuma
Atap berstruktur pelana atau gaya arsitektur bangunan dengan model atap pelana dalam arti yang lebih luas. Juga disebut iraka-zukuri .
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Kastil Fushimi
Kastil ini dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi di Gunung Higashi-Fushimi, Kelurahan Fushimi, kota Kyoto. Konstruksi dimulai pada 1592. Itu dihancurkan oleh gempa bumi pada 1596 dan dibangun kembali dengan berpindah ke gunung Kohata. Kemudian, mengelola pos pemeriksaan perbatasan untuk Ibu Kota (Kyoto). Kemudian Keshogunan Edo membuang kastil ini, namun peninggalan struktur dipindahkan dan tetap berada di beberapa kuil seperti Kuil Daitokuji, Kuil Nishi Honganji dan Kuil Toyokuni.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
zaman Azuchi-Momoyama
Zaman Azuchi-Momoyama adalah salah satu nama zaman dalam sejarah Jepang. Zaman tersebut dimulai pada tahun 1568 ketika Oda Nobunaga memasuki Kyoto dengan Ashikaga Yoshiaki, dan berlangsung hingga tahun 1598 ketika Toyotomi Hideyoshi meninggal dunia, atau hingga tahun 1603 ketika Tokugawa Ieyasu diangkat sebagai Shogun dan mendirikan pemerintahan keshogunan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Shinsei Shonin
Pendiri sekte Tendai Shinseishu, ia berasal dari Provinsi Ise (sekarang Prefektur Mie) dan hidup dari tahun 1443 hingga 1495. Setelah belajar di Saito (Kompleks Barat) Gunung Hiei, ia pensiun ke Kuil Seiryu-ji di Lembah Kurodani di daerah yang sama pada tahun 1483, di mana ia mengabdikan dirinya untuk terus berlatih Buddha. Di Sakamoto, di Kuil Shogen-ji, ia memberikan ceramah tentang Ojo-yoshu (Dasar-dasar Keselamatan), menunjukkan komitmen yang besar terhadap Genshin dan merevitalisasi Kuil Saikyo-ji sebagai pusat untuk mengajarkan dua jalan yaitu rasa syukur dan refleksi diri. Gelar anumerta yang diberikan kepadanya adalah Enkai Kokushi dan Jisho Daishi.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Tokusei-Ikki (pemberontakan Tokusei)
Pada Abad Pertengahan, istilah 'Tokusei' digunakan untuk merujuk pada hukum dan peraturan yang mengatur pengembalian tanah yang dijual atau pembatalan utang. Awalnya, ini adalah istilah yang menunjukkan kebajikan atau tata kelola yang baik, yang memungkinkan para penguasa untuk membantu rakyat jelata yang miskin dengan membatalkan utang atau mengizinkan mereka untuk mendapatkan kembali tanah yang telah dijual. Pemberontakan Tokusei diprakarsai oleh para petani yang terbebani oleh utang, yang berusaha untuk melegitimasi pembebasan utang ini dengan kekerasan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
sekte Tendai
Sebuah sekte Buddha yang memuja Tiantai Daishi Zhi-yi dari Tiongkok sebagai pendirinya dan menganggap Sutra Teratai sebagai kitab suci yang mendasarinya, dengan Dengyo Daishi Saicho sebagai pendirinya dari Jepang. Kuil utamanya adalah Enryaku-ji, yang terletak di Gunung Hiei (Kota Otsu, Prefektur Shiga).
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Eshin Sozu Genshin
Seorang biksu dari sekte Tendai. Lahir pada tahun 942 dan meninggal pada tahun 1017. Berasal dari Provinsi Yamato, ia memasuki praktik biara di Gunung Hiei pada usia muda dan menjadi murid Ryogen, ditahbiskan pada usia 13 tahun. Ia tinggal di Yokawa di gunung tersebut dan mengarang teks Buddhis tiga jilid yang berjudul Ojo-yoshu (Dasar-dasar Keselamatan) pada tahun 985, yang berkontribusi pada pengembangan ajaran Tanah Suci.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Ganzan Daishi
El 18.º Tendai Zasu (sacerdote principal). Nació en 912 y falleció en 985. Nació en la provincia de Ōmi, estudió la doctrina Tendai y residió en Yokogawa. Debido a que falleció el tercer día del primer mes, más tarde se lo conoció comúnmente como Gansan Daishi. Su título póstumo es Jie (Sōjyō). Poco después de su muerte, la auspiciosidad y divinidad de su nacimiento y muerte se volvieron legendarias, lo que llevó a la veneración del Daishi.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Pangeran Shotoku
Bernama Umayado. Ayahnya adalah Kaisar Yomei, dan ibunya adalah Putri Anahobe no Hashihito. Dia hidup dari tahun 574 hingga 622. Menjabat sebagai bupati untuk Kaisar Suiko, dia bekerja bersama Soga no Umako dalam kebijakan dalam dan luar negeri. Dia dikenal dengan membangun Sistem Pangkat Dua Belas Tingkat dan Konstitusi Tujuh Belas Pasal. Secara khusus mengabdikan diri pada agama Buddha, dia mendirikan Kuil Shitenno-ji dan Kuil Horyu-ji.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
ranma
Ranma adalah bukaan yang memanjang secara horizontal di antara langit-langit dan balok lintel atau balok pengikat. Ranma bisa ditutup dengan dinding, tetapi itu akan mengurangi pencahayaan dan ventilasi. Oleh karena itu, ranma dibiarkan terbuka dan dihiasi dengan ukiran dan kisi-kisi yang rumit.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
patung utama Amida Nyorai (Amitabha) yang sedang duduk
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
shumidan (altar utama)
Sebuah platform yang digunakan untuk mengabadikan patung Buddha dan tokoh-tokoh lainnya.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
naijin (ruang suci utama)
Ruang terdalam pada kuil atau tempat suci, di mana shintai (benda yang dianggap sebagai manifestasi atau simbol ketuhanan) atau gambar utama Buddha diabadikan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
aula belakang (aula Ihaido)
Sisi belakang shumidan (altar utama) aula utama, juga dikenal sebagai gerbang belakang atau aula belakang. Selama prosesi, para peserta mengitari tempat ini dan masuk atau keluar dari titik ini. Dinding di belakang shumidan menampilkan mural Buddha Shakyamuni (atau Trinitas Shakyamuni), dan disebut sebagai gambar utama aula belakang. Tempat ini juga berfungsi sebagai tempat untuk mengabadikan berbagai tokoh yang dihormati.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
katomado
Merupakan gaya Zen dan secara umum digunakan untuk pintu kayu berpanel sankarato dan transom ramma untuk bangunan penerimaan tamu. Juga disebut hanaramma (hana berarti bunga dalam bahasa Jepang), karena pola bunga dipasang pada kumiko (perakitan kayu tipis yang halus) pada kisi-kisi. Hasil perakitan kumiko jenis ini disebut hanakumiko atau hanako.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kaerumata
Merupakan komponen struktur kayu yang diletakkan di antara 2 balok horizontal tersusun secara pararel dan berbentuk kedua ujung melebar dan melengkung ke arah bawah seperti kaki katak terbuka (“kaeru” berarti “katak”, dan “mata” berarti “selangkangan”). Selain itu, dikatakan juga bahwa nama tersebut berasal dari “karimata”, sejenis bentuk mata panah, yang ujungnya terbelah 2.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
kohai
Dalam arsitektur kuil atau aula Buddha, kohai merupakan struktur atap yang menonjol ke depan bangunan di atas tangga depan. Fasilitas di mana pendeta dan jamaah dapat beribadah dari bagian depan aula.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
shitomido
Shitomido adalah salah satu jenis pintu atau daun jendela tradisional Jepang, yang terdiri dari papan dengan kisi-kisi pada permukaan depan atau kedua sisinya. Biasanya dibagi menjadi dua bagian, atas dan bawah, yang dapat diangkat atau dilepas sesuai kebutuhan.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
sankarato
Pintu yang terdiri dari bingkai vertikal dan bingkai horizontal dengan papan tipis dan kisi-kisi renji dipasang di antaranya.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
hongawara-buki
Metode pemasangan atap dengan dua jenis genteng, genteng cekung dan genteng cembung semi silinder, dipasang secara selang-seling. Metode bersejarah ini telah digunakan sejak Kuil Asukadera dibangun, yaitu kuil skala penuh pertama di Jepang dan dibangun pada akhir abad ke6.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
irimoya-zukuri
Atap pelana (kirizuma-zukuri) di atas bagian struktur bangunan dan atap limasan dipasang pada bagian keempat sisi lis. (struktur atap pelana & limasan)
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini
Aula Utama
Sebuah bangunan utama kuil, yakni tempat patung sembahyangan utama diabadikan. Itu juga disebut Kondo, Chudo, Butsuden, Mieido atau Amidado, tergantung sekte.
Warisan Budaya yang Menampilkan Istilah Ini